Kamis, 17 Februari 2011

infeksi masa nifas


INFEKSI MASA NIFAS

Setelah persalinan terjadi beberapa perubahan penting diantaranya makin meningkatnya pembentukkan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 oC yang bukan merupakan keadaan patologis atau menyimpang pada hari pertama. Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas. Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 oC tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari.
Proses persalinan yang tidak bersih atau tidak memenuhi standar kebersihan. Kuman bisa masuk ke dalam rahim melalui sarung tangan atau alat-alat rumah sakit yang kurang steril.
Infeksi menyebar, karena naiknya kuman di vagina ke dalam rahim, akibat kebersihan vagina yang tidak terjaga.
Sebelum persalinan sudah terjadi infeksi pada ari-ari dan selaput ketuban yang ditandai dengan ketuban pecah dini dengan air ketuban yang hijau dan kadang berbau.
Sebagian kecil dari plasenta ada yang tertinggal di rahim, menyebabkan pembusukan dan tumbuhnya kuman.
Gambaran klinis infeksi umum dapat dalam bentuk :
1. Infeksi Lokal
1. Pembengkakan luka episiotomi.
2. Terjadi penanahan.
3. Perubahan warna lokal.
4. Pengeluaran lochia bercampur nanah.
5. Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri.
6. Temperatur badan dapat meningkat.
2. Infeksi General
1. Tampak sakit dan lemah.
2. Temperatur meningkat diatas 39 oC.
3. Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat.
4. Pernapasan dapat meningkat dan napas terasa sesak.
5. Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma.
6. Terjadi gangguan involusi uterus.
7. Lochia : berbau, bernanah serta kotor.
Faktor Predisposisi Infeksi Masa Nifas
Faktor predisposisi infeksi masa nifas diantaranya adalah :
  1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar.
  2. Tindakan operasi persalinan.
  3. Tertinggalnya plasenta selaput ketuban dan bekuan darah.
  4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi enam jam.
  5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum, yaitu perdarahan antepartum dan post partum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
2.5.3. Terjadinya Infeksi Masa Nifas
Terjadinya infeksi masa nifas adalah sebagai berikut:
  1. Manipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
  2. Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
  3. Hubungan seks menjelang persalinan.
  4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi).
2.5.4. Keadaan abnormal pada rahim
Beberapa keadaan abnormal pada rahim adalah :
1. Sub involusi uteri.
Proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
2. Pendarahan masa nifas sekunder.
Adalah pendarahan yang terjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya infeksi pada endometrium dan terdapat sisa plasenta dan selaputnya.
3. Flegmansia alba dolens.
Merupakan salah satu bentuk infeksi puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Gejala kliniknya adalah :
1. Terjadi pembengkakan pada tungkai.
2. Berwarna putih.
3. Terasa sangat nyeri.
4. Tampak bendungan pembuluh darah.
5. Temperatur badan dapat meningkat.
Keadaan abnormal pada payudara
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah :
1. Bendungan ASI
Disebabkan oleh penyumbatan pada saluran ASI. Keluhan mamae bengkak, keras, dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
2. Mastitis dan Abses Mamae
Infeksi ini menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi perubahan warna kulit mamae.


perawatan payudara pada ibu nifas


PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU MASA NIFAS
PENDAHULUAN

Bidan sebagai petugas kesehatan dituntut kemampuannya untuk ikut bertanggungjawab dalam melaksanakan upaya peningkatan dan penggunaan air susu Ibu (ASI). Sejalan dengan upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu dan anak melalui program pemasyarakatan ASI, maka perawat juga dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam manajemen laktasi. Hal ini berarti perawat harus mampu berperan sebagai pendukung dan inovator yang akan membentuk perilaku masyarakat dalam mengembangkan kesehatan pada umumnya dan penggunaan ASI pada khususnya.
Mengingat banyak terjadi perubahan perilaku dalam masyarakat khususnya ibu – ibu yang cenderung menolak menyusui bayinya sendiri terutama pada ibu – ibu yang bekerja dengan alasan air susunya hanya sedikit atau tidak keluar sama sekali, keadaan ini memberikan dampak negatif terhadap status kesehatan, gizi, serta tingkat kecerdasan anak. Oleh karena itu untuk menanggulangi permasalahan diatas perlu dilakukan upaya preventif dan promotif dalam meningkatkan penggunaan ASI dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan payudara ibu menyusui, sehingga membantu pengeluaran ASI secara lancar.
A.      Pengertian Perawatan payudara adalah suatu cara yang dilakukan untuk merawat payudara agar air susu keluar dengan lancer.
B.      Manfaat Perawatan Payudara Menjaga kebersihan payudara, terutama kebesihan putting susu agar terhindar dari infeksi Melunakkan serta memperbaiki bentuk putting susu sehingga bayi dapat menyusu dengan baik Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi asi lancer Mengetahui secara dini kelainan putting susu dan melakukan usaha-usaha untuk mengatasinya Persiapan psikis ibu menyusui
C.      Cara melakukan perawatan payudara ibu menyusui
1.       Persiapan alat Alat yang dibutuhkan :
-        Handuk
-         Kapas
-        Minyak kelapa / baby oil
-        Waslap
-        2 Baskom (masing-masing berisi air hangat dan dingin )
2.       Prosedur pelaksanaan;
-        Buka pakaian ibu
-        Letakkan handuk diatas pangkuan ibu dan tutuplah payudara dengan handuk.
-         Buka handuk pada daerah payudara.
-        Kompres putting susu dengan menggunakan kapas minyak selama 3-5 menit.
-         Bersihkan dan tariklah putting susu keluar terutama untuk putting susu yang datar.
-        Ketuk-ketuk sekeliling putting susu dengan ujung-ujung jari.
-         Kedua telapak tangan dibasahi dengan minyak kelapa
-        Kedua telapak tangan diletakkankan diantara kedua payudara
-        Pengurutan dimulai kearah atas, samping, telapak Tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan
-        Pengurutan diteruskan kebawah, samping, selanjutnya melintang, telapak tangan mengurut kedepan kemudian dilepas dari kedua payudara.
-        Telapak tangan kanan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan kanan sisi kelingking mengurut payudara kearah putting susu.
-        Telapak tangan kanan menopang payudara dan tangan lainnya menggengam dan mengurut payudara dari arah pangkal ke arah putting susu. Payudara disiram dengan air hangat dan dingan secara bergantian kira-kira 5 menit ( air hangat dahulu)
-        Keringkan dengan handuk
-         Pakailah BH khusus untuk ibu menyusui (BH yang menyangga payudara).
3.        Keuntungan menyusui Bayi akan memperoleh makanan yang terbaik yaitu ASI Praktis, tidak merepotkan karena ibu tidak harus menyediakan minum untuk bayi, seperti mengencerkan susu, menghangatkan susu, mencuci alat-alat minuman dan lain-lain.Tidak memerlukan biaya karena ibu tidak perlu membeli susu untuk bayi serta alat-alat yang diperlukan seperti : botol alat pengencer dan lain-lain. Menyusu dapat mempererat hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
4.       Tanda-tanda menyusui yang benar :
-     Bayi cukup tenang.
-      Mulut bayi terbuka lebar
-     Bayi menempel betul pada ibu
-     Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu
-     Seluruh areola tertutup mulut bayi
-      Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat
-     Putting susu ibu tidak terasa nyeri
-     Posisi ibu menyusui duduk, berbaring, berdiri dan digendong
5.     Cara menyusui yang benar Sanggalah payudara dengan keempat jari pada tangan yang tidak menyangga bayi dan ibu jari dibagian atas bantulah bayi menemukan putting.

kepala bayi dan ukuran-ukuranya

DESKRIPSI SINGKAT
MATA KULIAH INI MEMBAHAS TENTANG KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
SETELAH MENGIKUTI PERKULIAHAN MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
DIPRESENTASIKAN DENGAN POWER POIN, DIPERLIHATKAN PHANTOM, DAN DIBERI CONTOH. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA DENGAN BENAR


POKOK BAHASAN
KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANYA
SUB POKOK BAHASAN
Kepala janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak
1.   Bagian muka terdiri dari:
a.    Tulang hidung (os. Nasal)
b.   Tulang pipi (os. Zigomatikum)
c.    Tulang rahang atas (os. Maxillare)
d.          Tulang rahang bawah (os. Mandibulare)
Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak dapat melakukan atau terjadi moulage. Kedudukan tulang muka ditentukan dengan meraba hidung, dagu, mulut, dan rongga mata.
2.   Bagian tengkorak
Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalianan, yang terdiri dari:
a.    Tulang dahi (os. Frontale) 2 buah
b.   Tulang ubun-ubun (os. parietale) 2 buah
c.    Tulang pelipis (os. Temporal) 2 buah
d.   Tulang belakang kepala (os. Occipital)
Hubungan antara tulang tengkorak
Hubungan tulang tengkorak janin belum rapat sehingga kemungkinan mendekat saat persalinan tanpa membahayakan jaringan otak, disebut moulage. Antara tulang tengkorak ditutup dengan jaringan ikat yang disebut sutura.

1.   Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal.
2.   Sutura koronaria (sela mahkota) antara tulang frontalis dan tulang parietalis.
3.   Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang parietalis.
4.   Sutura frontalis: antara kedua frontalis.
Disamping itu terdapat pertemuan antara sutura-sutura yang membentuk ubun-ubun (fontanella).
1.   Ubun-ubun besar (fontanella mayor)
a.    Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, dan sutura koronaria, dan sutura frontalis.
b.   Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis.
c.    Sebagai petunjuk letak puncak kepala.
2.   Ubun-ubun kecil (fontanella minor)
a.    Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea.
b.   Sebagai petunjuk letak belakang kepala.
Sutura dan ubun-ubun tertutup pada bayi sekitar 1,5 sampai 2 tahun.
Ukuran tulang kepala bayi aterem
1.   Ukuran muka belakang
a.    Diameter suboksipito-bregmatika
a).  antara foramen magnum ke ubun-ubun basar.
b).  jaraknya 9,5 cm.
c). akan melalui jalan lahir pada letak belakang kepala, dengan lingkaran sirkumferensia suboksipito-bregmatika dengan ukuran 32cm.

b. diameter suboksipito-frontalis
a). antara foramen magnum ke pngkal hidung
b). jaraknya 11cm.
c). ukuran yang melalui jalan lahir sirkumferensia suboksipito-frontalis dengan kedudukan fleksi sedang, belakang kepala.
c. diameter fronto-oksipitalis
a).  antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh pada belakang kepala.
b).  jaraknya 12cm
c). lingkaran fronto-oksipitalis dengan sirkumferensia 34cm melalui jalan lahir pada letak puncak kepala.
d. diameter mento-oksipitalis
a). antara dagu ke titik terjauh belakang kepala.
b). jaraknya 13,5cm
c). dengan sirkumferensia 35cm. melalui jalan lahir pada letak dahi.
e. diameter submento-bregmatika
a). antara os hyoid ke ubun-ubun besar.
b). jaraknya 9,5cm.
c). degan sirkumferensia 32cm. melalui jalan lahir pada letak muka.
2. ukuran melintang
a. diameter biparietalis, antara kedua parietalis dengan ukuran 9cm.
b. diameter bitemporalis, antara kedua tulang temporalis dengan ukuran 8cm.


persendian tulang leher
Dalam persalinan letak kepala persendian tulang leher berperan penting karena
1.   Bentuk kepala ovale (telur) sehingga setelah bagian besar lahir maka bagian kepala lainnyamudah melalui jalan lahir.
2.   Persendian tulang leher dalam bentuk persendian kogel sehingga dapat berputar kesegala arah yamg memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam, dan letak persendian leher agak kebelakang di tulang oksipitalis sehingga memberikan  kemungkinan fleksi kearah dada.
Dengan demikian kepala bayi dalam proses persalinan dapat menyesuaikan diri pada jalan lahir yang berbentuk corong melengkung ke depan yang disebut putaran paksi dalam.
                                                                                  

kepala bayi dan ukuran-ukuranya


DESKRIPSI SINGKAT
MATA KULIAH INI MEMBAHAS TENTANG KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
SETELAH MENGIKUTI PERKULIAHAN MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
DIPRESENTASIKAN DENGAN POWER POIN, DIPERLIHATKAN PHANTOM, DAN DIBERI CONTOH. MAHASISWA MAMPU MENJELASKAN KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANNYA DENGAN BENAR


POKOK BAHASAN
KEPALA BAYI DAN UKURAN-UKURANYA
SUB POKOK BAHASAN
Kepala janin terdiri dari bagian muka dan bagian tengkorak
1.   Bagian muka terdiri dari:
a.    Tulang hidung (os. Nasal)
b.   Tulang pipi (os. Zigomatikum)
c.    Tulang rahang atas (os. Maxillare)
d.          Tulang rahang bawah (os. Mandibulare)
Susunan tulang muka dan dasar kepala sangat rapat sehingga tidak dapat melakukan atau terjadi moulage. Kedudukan tulang muka ditentukan dengan meraba hidung, dagu, mulut, dan rongga mata.
2.   Bagian tengkorak
Tengkorak merupakan bagian terpenting dalam persalianan, yang terdiri dari:
a.    Tulang dahi (os. Frontale) 2 buah
b.   Tulang ubun-ubun (os. parietale) 2 buah
c.    Tulang pelipis (os. Temporal) 2 buah
d.   Tulang belakang kepala (os. Occipital)
Hubungan antara tulang tengkorak
Hubungan tulang tengkorak janin belum rapat sehingga kemungkinan mendekat saat persalinan tanpa membahayakan jaringan otak, disebut moulage. Antara tulang tengkorak ditutup dengan jaringan ikat yang disebut sutura.

1.   Sutura sagitalis (selah panah) antara tulang parietal.
2.   Sutura koronaria (sela mahkota) antara tulang frontalis dan tulang parietalis.
3.   Sutura lamboidea antara tulang occipitalis dan tulang parietalis.
4.   Sutura frontalis: antara kedua frontalis.
Disamping itu terdapat pertemuan antara sutura-sutura yang membentuk ubun-ubun (fontanella).
1.   Ubun-ubun besar (fontanella mayor)
a.    Bentuk segi empat laying merupakan pertemuan antara sutura sagitalis, dan sutura koronaria, dan sutura frontalis.
b.   Sudut lancipnya terletak di sutura sagitalis.
c.    Sebagai petunjuk letak puncak kepala.
2.   Ubun-ubun kecil (fontanella minor)
a.    Dibentuk oleh sutura sagitalis dan sutura lamboidea.
b.   Sebagai petunjuk letak belakang kepala.
Sutura dan ubun-ubun tertutup pada bayi sekitar 1,5 sampai 2 tahun.
Ukuran tulang kepala bayi aterem
1.   Ukuran muka belakang
a.    Diameter suboksipito-bregmatika
a).  antara foramen magnum ke ubun-ubun basar.
b).  jaraknya 9,5 cm.
c). akan melalui jalan lahir pada letak belakang kepala, dengan lingkaran sirkumferensia suboksipito-bregmatika dengan ukuran 32cm.

b. diameter suboksipito-frontalis
a). antara foramen magnum ke pngkal hidung
b). jaraknya 11cm.
c). ukuran yang melalui jalan lahir sirkumferensia suboksipito-frontalis dengan kedudukan fleksi sedang, belakang kepala.
c. diameter fronto-oksipitalis
a).  antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh pada belakang kepala.
b).  jaraknya 12cm
c). lingkaran fronto-oksipitalis dengan sirkumferensia 34cm melalui jalan lahir pada letak puncak kepala.
d. diameter mento-oksipitalis
a). antara dagu ke titik terjauh belakang kepala.
b). jaraknya 13,5cm
c). dengan sirkumferensia 35cm. melalui jalan lahir pada letak dahi.
e. diameter submento-bregmatika
a). antara os hyoid ke ubun-ubun besar.
b). jaraknya 9,5cm.
c). degan sirkumferensia 32cm. melalui jalan lahir pada letak muka.
2. ukuran melintang
a. diameter biparietalis, antara kedua parietalis dengan ukuran 9cm.
b. diameter bitemporalis, antara kedua tulang temporalis dengan ukuran 8cm.


persendian tulang leher
Dalam persalinan letak kepala persendian tulang leher berperan penting karena
1.   Bentuk kepala ovale (telur) sehingga setelah bagian besar lahir maka bagian kepala lainnyamudah melalui jalan lahir.
2.   Persendian tulang leher dalam bentuk persendian kogel sehingga dapat berputar kesegala arah yamg memberikan kemungkinan untuk melakukan putaran paksi dalam, dan letak persendian leher agak kebelakang di tulang oksipitalis sehingga memberikan  kemungkinan fleksi kearah dada.
Dengan demikian kepala bayi dalam proses persalinan dapat menyesuaikan diri pada jalan lahir yang berbentuk corong melengkung ke depan yang disebut putaran paksi dalam.